Fokus pada program diet dan olahraga adalah langkah awal yang keliru untuk menurunkan berat badan!

Mengurangi makan, camilan dan berolahraga dengan keras bukanlah cara yang tepat untuk memulai proses menurunkan berat badan.

9/19/20246 min read

Fokus pada program diet dan olahraga adalah langkah awal yang keliru untuk memulai program menurunkan berat badan!

Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling menonjol dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi obesitas hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dianggap kelebihan berat badan, dan dari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang adalah obesitas. Ini berarti sekitar 13% dari populasi dewasa global mengalami obesitas. Di Indonesia sendiri, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, sekitar 21,8% penduduk Indonesia memiliki masalah kelebihan berat badan dan obesitas.

Beberapa faktor yang secara umum dikenal sebagai penyebab obesitas adalah:

  1. Genetika: Genetika bisa mempengaruhi bagaimana tubuh mengubah makanan menjadi energi, bagaimana tubuh mengatur nafsu makan, dan bagaimana lemak disimpan di tubuh.

  2. Asupan Kalori yang Berlebihan: Mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dapat dibakar oleh tubuh secara rutin dapat menyebabkan penumpukan lemak.

  3. Kurangnya Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari, seperti banyak duduk atau kurangnya aktivitas fisik, mempermudah penumpukan kalori yang tidak terbakar yang kemudian disimpan sebagai lemak.

Genetika, Lingkungan & Pikiran Bawah Sadar.

Meski pun berbagai penelitian menunjukkan bahwa genetika adalah faktor penting penyumbang terjadinya obesitas tapi genetika bukanlah faktor satu-satunya. Genetika dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap obesitas melalui berbagai mekanisme, seperti mempengaruhi perilaku makan, distribusi lemak di tubuh, metabolisme energi, dan respons terhadap makanan. Misalnya, gen tertentu (seperti FTO dan MC4R) telah terbukti mempengaruhi nafsu makan dan preferensi makanan.

Faktor genetika hanya menyediakan sebuah POTENSI atau KERENTANAN pada seseorang untuk mengembangkan obesitas, tapi interaksi antara genetika dan lingkungan lebih penting dalam menentukan risiko obesitas. Misalnya, seseorang dengan predisposisi genetik terhadap obesitas mungkin tidak mengembangkan obesitas jika mereka tinggal dalam lingkungan yang mendukung pola makan sehat dan aktivitas fisik yang cukup. Sebaliknya, bahkan tanpa predisposisi genetik yang kuat, seseorang bisa menjadi obesitas jika terpapar lingkungan dengan makanan berkalori tinggi dan kesempatan terbatas untuk aktivitas fisik.

Berikut beberapa literatur dan penelitian yang mendukung pernyataan bahwa faktor genetik memberikan predisposisi terhadap obesitas tetapi tidak menentukan hasil akhir tanpa pengaruh signifikan dari lingkungan dan perilaku:

  1. "The Genetics of Obesity: from discovery to biology" yang diterbitkan di Nature Reviews Genetics pada tahun 2022.

  2. "Epigenetic Regulation of Adipocyte Differentiation and Adipogenesis" oleh Ling C dan Rönn T di Journal of Clinical Investigation.

Dr. Bruce Lipton Ph.D adalah seorang biolog perkembangan yang terkenal dengan teorinya mengenai Biology Of Belief dan pioner di bidang Epigenetik. Ia mengemukakan bahwa lingkungan, termasuk pengalaman dan persepsi kita, dapat mempengaruhi ekspresi gen tanpa mengubah kode DNA itu sendiri. Ini adalah konsep dasar Epigenetik, yang meneliti bagaimana faktor lingkungan bisa mengaktifkan atau menonaktifkan gen tertentu.

Biology Of Belief dan Epigenetik menegaskan hipotesis bahwa lingkungan mempengaruhi ekspresi genetik dan lingkungan itu sendiri dipengaruhi oleh PIKIRAN, KEYAKINAN dan EMOSI seseorang, berbagai penelitian di bidang psikologi dan teknologi pikiran menunjukkan bahwa hal-hal tersebut berhubungan dengan PIKIRAN BAWAH SADAR. Mengacu pada pernyataan diatas, maka bisa dianggap bahwa OBESITAS lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor lingkungan ini berhubungan erat dengan PIKIRAN BAWAH SADAR seseorang.

Lingkungan di mana seseorang berada dapat membentuk kebiasaan serta perilaku makan yang berdampak langsung atau tidak langsung pada berat badan dan kesehatan umum. Berikut adalah beberapa cara lingkungan mempengaruhi pikiran bawah sadar:

  1. Ketika seseorang secara terus-menerus terpapar dengan jenis makanan tertentu, misalnya makanan cepat saji yang tersedia secara luas di lingkungan mereka, ini bisa menjadi 'normal' dalam pikiran bawah sadar.

  2. Lingkungan sosial-ekonomi juga berperan dalam membentuk kebiasaan. Misalnya, orang yang tinggal di daerah dengan akses terbatas ke makanan sehat mungkin secara bawah sadar menganggap makanan kurang sehat sebagai pilihan utama mereka.

  3. Iklan seringkali menggunakan taktik yang dirancang untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar. Paparan iklan ini dapat mempengaruhi keputusan makan seseorang secara tidak sadar.

  4. Lingkungan yang menimbulkan stres bisa memicu orang untuk menggunakan makan sebagai cara menghadapi stres.

Matematika Berat Badan.

Banyak orang yang sebenarnya mengerti bahwa berat badan mengikuti hitungan matematika sederhana, kalau masukan banyak dan keluaran sedikit maka akan terjadi penimbunan, berat badan naik, jadi untuk menurunkan berat badan lakukan kebalikannya, masukan sedikit dan keluaran banyak maka berat badan turun – sangat sederhana tapi mengapa banyak yang gagal? Penyebabnya adalah karena ada hambatan emosional yang tersimpan jauh di dalam pikiran bawah sadar. Hambatan-hambatan emosional ini menyebabkan seseorang:

  • Makan berlebihan.

  • Makan ketika tidak merasa lapar tapi merasakan kenikmatan untuk makan.

  • Makan sebagai pelarian dari masalah.

  • Makan karena merasa sudah lapar padahal belum waktunya untuk jadwal makan berikutnya.

  • Makan dengan pola makan yang keliru.

  • Malas untuk melakukan kegiatan fisik termasuk olahraga karena merasa tidak menyenangkan, berat, menyakitkan, melelahkan dan lainnya.

  • Dan masih banyak hambatan emosional lainnya.

Selain itu pengalaman menurunkan berat badan di masa lalu juga bisa menciptakan hambatan emosional yang menghalangi seseorang untuk melakukan penurunan berat badan, misalnya:

  • Program diet yang terlalu kaku dan ketat sehingga meski pun memberikan hasil yang diinginkan tapi menimbulkan perasaan stres dan merasa telah mengorbankan kenikmatan yang seharusnya bisa diperoleh. Sehingga ketika target berat badan telah tercapai, dia akan segera ‘membahagiakan’ dirinya dengan meminta hadiah berupa semua kenikmatan yang telah dikorbankannya semasa menurunkan berat badan, ia melakukan semua yang berlawanan dengan program dietnya, akibatnya berat badan perlahan tapi pasti kembali naik, efek yoyo.

  • Olahraga yang terlalu keras dan disiplin sehingga menimbulkan stres dan menciptakan trauma atau halangan untuk berolahraga.

  • Dan berbagai pengalaman kurang menyenangkan lainnya.

Jadi langkah awal yang tepat untuk menurunkan berat badan adalah melepaskan hambatan-hambatan emosional yang ada dan setelah itu mulai melakukan perubahan-perubahan pada pola makan dan berolahraga.

Hambatan emosional bisa terbentuk dari berbagai hal sepanjang kehidupan mulai dari saat masih dalam kandungan sebagai janin hingga dewasa saat ini, beberapa di antaranya adalah:

  • Pola didik atau pola asuh.

  • Pengaruh lingkungan atau budaya.

  • Kejadian traumatis yang kemudian diperkuat oleh kejadian-kejadian berikutnya dari waktu ke waktu.

  • Dan lainnya.

Langkah Praktis Menurunkan Berat Badan.

Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan sendiri untuk memulai program menurunkan berat badan dengan lebih mudah dan menyenangkan:

  1. Tentukan tujuan atau target yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Misal: menurunkan berat badan dari 80 kg menjadi 50 kg dengan mengurangi asupan makanan, memilih jenis makanan yang lebih sehat dan meningkatkan kegiatan fisik atau olahraga. Mungkin juga dengan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi dirinya untuk mencapai tujuannya.

  2. Rasakan apa perasaan yang muncul sehubungan dengan cara menurunkan berat yang harus mengurangi asupan makanan, mengkonsumsi jenis makanan yang lebih sehat dan meningkatkan kegiatan fisik. Apa pun perasaan kurang menyenangkan yang muncul harus dinetralkan karena ini perasaan ini akan menjadi batu sandungan keberhasilan.

  3. Selaraskan tujuan dan cara penurunan berat dengan pikiran bawah sadar, ini menjadi hal yang sangat penting karena pada awalnya tujuan ini akan diberi tenaga oleh semangat, tetapi dari waktu ke waktu semangat ini bisa menurun sehingga keinginan untuk mencapai tujuan akan melemah dan akhirnya berhenti. Dengan menyelaraskannya pada pikiran bawah sadar, maka tujuan ini akan berubah menjadi sebuah kebiasaan ataua gaya hidup yang akan bertahan dalam jangka waktu lama.

  4. Buat jurnal yang mencatat mengenai kegiatan makan dan olahraga, serta alasan ketika tidak berhasil memenuhi jadwal atau program yang telah ditentukan.

  5. Sadari halangan pada jurnal tersebut dan netralkan perasaan yang menghalanginya agar bisa memenuhi jadwal dan programnya.

  6. Jangan terlalu kaku, berikan fleksibilitas pada diri agar perjalanan menurunkan berat badan menjadi perjalanan yang menyenangkan, jadi tidaklah perlu untuk memberikan batas waktu pencapaian dan berhentilah untuk berusaha mencapai tujuan dalam waktu yang terlalu singkat, berat badan tidak naik atau turun dalam sekejab.

  7. Lakukan evaluasi dari waktu ke waktu untuk menjaga semangat dari tujuan ini.

Energy Psychology untuk mengelola emosi dalam mengatur berat badan.

Energy Psychology adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang berfokus pada interaksi antara energi tubuh, emosi, dan kesehatan mental. Metode ini menggunakan kombinasi tapping (mengetuk titik-titik meridian pada tubuh), fokus pada emosi tertentu, dan latihan pernapasan untuk membantu mengurangi stres dan emosi negatif.

Energy Psychologi telah digunakan untuk berbagai kondisi, termasuk kecemasan, depresi, trauma, dan masalah emosional lainnya. Thought Field Therapy (TFT) yang diciptakan Dr. Roger Callahan Ph.D ada teknik tapping yang pertama ada di dunia dan merupakan pioner di bidang Energy Psychology, saat ini telah berkembang lebih dari 100 negara dan memiliki lebih dari 350.000 praktisi di seluruh dunia.

Thought Field Therapy (TFT) sangat bermanfaat untuk membantu mengelola emosi dalam proses menurunkan berat badan, manfaatnya antara lain:

  • Menyelaraskan tujuan dengan pikiran bawah sadar sehingga yang bekerja adalah kekuatan dahsyat di alam bawah sadar, bukan semangat yang hanya kuat di awal kemudian dengan cepat melemah bahkan menghilang.

  • Menetralkan halangan untuk bisa menjalani program diet dan olahraga dengan menyenangkan.

  • Melepaskan trauma atau penderitaan di masa lalu yang menimbulkan perasaan nikmat yang besar untuk makan berlebihan atau malas berolahraga.

  • Menjadikan pola makan dan pola aktivitas yang baru menjadi sebuah gaya hidup yang menyenangkan.

  • Menimbulkan perasaan bahagia dan kepuasan dalam menjalankan program mengatur berat badan.

  • Membuka wawasan baru untuk menemukan hal-hal yang menarik dan menyenangkan dalam mengatur berat badan.

  • Menghindari efek yoyo dan menikmati hasil yang akan bertahan lama.

Menyelaraskan tujuan dengan pikiran bawah sadar adalah langkah awal yang sangat penting untuk mulai mengatur berat badan. Dengan menyelaraskannya maka semua perubahan yang dilakukan pada pola makan, pola aktivitas dan gaya hidup menjadi sesuatu yang alami bukan sebuah keterpaksaan. Ini akan menghindarkan Anda dari efek yoyo dan memperoleh hasil yang bertahan lama. TFT sangat bermanfaat dan handal untuk menyelaraskan tujuan dengan pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah.

Setiap manusia pada dasarnya adalah pecandu kenikmatan jadi sangat wajar kalau ingin makan enak terlepas apakah tubuh membutuhkannya atau tidak, ini akan menjadi tantangan yang berat dalam menjalankan program mengatur berat badan. Dorongan untuk menikmati nikmatnya jenis makanan tertentu bisa menciptakan rasa lapar yang palsu. Stress Buster Program dari TFT bisa membantu untuk melepaskan dorongan ini dengan protokol tapping / ketukan yang dirancang khusus untuk melepaskan dorongan ini.

Kesimpulan.

Seseorang dengan bawaan gen obesitas bukan berarti pasti akan mengalami obesitas. Faktor genetika hanya menunjukkan potensi atau kecenderungan untuk mengalami obesitas, tapi POLA PIKIR yang dimilikinya saat ini yang menentukan apakah akan mengalami obesitas atau tidak.

Dengan menerapkan teknik Energy Psychology yang tepat untuk membentuk POLA PIKIR yang mendukung berat badan yang optimal, maka proses mengatur berat badan adalah proses yang mudah dan menyenangkan serta memberikan hasil yang akan bertahan lama.